LIPUTAN KHUSUS:

Karya-Karya Terbaik Lomba Foto dan Artikel Keanekaragaman Hayati


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Foto berjudul Pesona Terumbu Karang kiriman Purwanto Nugroho dan artikel berjudul Tarian Terakhir Ikan Belida di Sungai Musi karya Deddy Huang meraih juara pertama untuk masing-masing kategori lomba.

Biodiversitas

Selasa, 31 Desember 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Lomba Foto dan Tulisan Keanekaragaman Hayati yang digelar Yayasan KEHATI dan Betahita.id telah usai. Tiga karya foto dan tiga tulisan berhasil mendapatkan nilai tertinggi, di antara ratusan karya lainnya, dari para juri masing-masing kategori.

Di kategori fotografi, foto berjudul Pesona Terumbu Karang kiriman Purwanto Nugroho menjadi foto terbaik pertama. Dua tempat terbaik lainnya diraih Dikye Ariani dengan foto berjudul Burung Kedasih dan Maizal lewat foto Dunia Maya yang Sering Luput dari Atensi.

Selain tiga foto terbaik yang berhak menyandang gelar juara itu, ada pula 10 foto lainnya yang dipilih menjadi foto-foto favorit pilihan para juri. Sepuluh foto itu hasil karya dari Jimmi Gumilang Purnama, Erianto, Harry Sanjaya Putra, Giri Wijayanto, Saddam Husein, Ahmad Wahyudi, Boedi Setiawan, Arif Indrianto, Imam Subayil, dan Ryan Dhika Nugraha.

Sedangkan kategori tulisan, karya tulis yang dikirimkan Deddy Huang berjudul Tarian Terakhir Ikan Belida di Sungai Musi yang terbit di situs pribadinya meraih juara pertama. Adapun juara kedua dan ketiga, diraih tulisan berjudul Dari Pekarangan ke Meja Makan, Saatnya Pangan Lokal Berdaya Optimal karya Isnaini Khomarudin, dan Menyemai Love language di Alam, Satwa, dan Manusia untuk Menerjang Krisis Iklim karya Frendy Marselino.

Foto berjudul Pesona Terumbu Karang ini menjadi juara pertama lomba fotografi keanekaragaman hayati yang digelar Yayasan KEHATI dan Betahita.id. Foto: Purwanto Nugroho.

Para juri kategori tulisan juga telah memilih 10 karya tulis terfavorit. Tulisan-tulisan itu buat oleh Antonius Octaviano Susabun, Febrianti, Ripan, Zubaedah Hanum, Idham Malik, Hening Nugroho, Bobby Steven Octavianus Timmerman, Dyta Utari, Hengky Ola Sura, dan Ella Fitria.

Di kategori fotografi, dalam periode waktu yang ditentukan, yakni 15 November-15 Desember 2024, pihak penyelenggara menerima ratusan foto yang dikirim oleh 483 pengirim. Foto-foto yang dikirimkan memiliki objek maupun subjek beragam.

Objek foto-foto itu berupa pemandangan ekosistem daratan hingga ekosistem laut. Subjek atau point of interest-nya mulai dari satwa seperti gajah, orang utan, beragam burung, penyu, terumbu karang, hingga tumbuhan seperti Rafflesia arnoldii, teratai, kantong semar, beragam bunga, dan tanaman pangan.

Foto-foto yang dilombakan ini melewati proses seleksi dan penilaian oleh para juri yang berasal dari Yayasan KEHATI, Betahita.id, dan fotografer profesional. Penilaian berdasarkan tema, syarat dan ketentuan. Cukup banyak foto yang bersaing ketat mendapatkan tempat terbaik dalam lomba kali ini.

“Ada 4 hal yang menjadi perhatian kami sebagai juri untuk menilai lomba foto keanekaragaman hayati ini, yaitu kesesuaian tema, ide dan gagasan, orisinalitas, dan teknis foto,” kata Ijar Karim, fotografer profesional Tempo, salah satu juri lomba foto.

Ijar berharap foto-foto yang dilombakan ini dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Sementara itu, di kategori tulisan, sebanyak 164 peserta mengirim karya tulis yang diterbitkan pada periode 15 November-15 Desember 2024. Seperti halnya karya foto yang dilombakan, karya tulis yang dikirim para peserta memiliki beragam ide pokok, objek, dan sudut pandang penulisan. Beberapa membahas tentang pengembangan tanaman pangan, dinamika pelestarian satwa langka terancam punah, ancaman terhadap kelestarian terumbu karang dan biota laut, perubahan iklim, pelestarian alam oleh anak muda, dan lain sebagainya.

Menurut Purwanto Setiadi, penulis Tempo dan pengarang buku Ekonomi Restoratif, 10 besar karya tulis yang lolos seleksi terbaik rata-rata baik secara ide. Para penulis tampak dapat menerjemahkan tema kompetisinya dengan baik. Sedangkan soal eksekusi penulisannya, menurut Purwanto, bervariasi, ada yang terbilang bagus, dan ada yang cukup.

“Memang tidak ada yang sempurna. Tapi beberapa di antaranya cukup kreatif, sengaja membangun struktur penceritaan yang tidak sepenuhnya kronologis,” kata Purwanto.

Tak hanya itu, menurut Purwanto, dalam penceritaan itu ada pula karakter atau tokoh yang dengan baik mewakili penulis sebagai penyampai pesan dan bersamaan dengan itu menjadi tumpuan untuk menggambarkan problem keanekaragaman hayati di Indonesia.

“Saya menggunakan empat kriteria (penilaian) saja, yaitu pesan, problem/konflik, karakter/tokoh, dan plot/alur. Saya berharap kompetisi ini bisa diadakan lagi. Bisa juga KEHATI bekerja sama dengan organisasi lain yang bidangnya sama atau beririsan,” katanya.

Yayasan KEHATI, menurut M. Syarifullah, fasilitator kegiatan ini, mengatakan tujuan digelarnya lomba foto dan tulisan mengenai keanekaragaman hayati ini adalah untuk memfasilitasi jurnalis dan masyarakat umum untuk terlibat dalam mengkampanyekan isu keanekaragaman hayati Indonesia, termasuk permasalahan yang termasuk dalam triple planetary crisis, yaitu perubahan iklim, limbah dan polusi, serta kehilangan keanekaragaman hayati.

”Kegiatan lomba ini untuk memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2024. Kami bersyukur bisa banyak yang terlibat di lomba ini. Namun harapan dan daya ukur kami sebenarnya adalah keterlibatan anak muda,” ujarnya.

Menurutnya, semakin banyak anak muda terlibat dalam lomba tulisan dan fotografi keanekaragaman hayati, maka semakin memberikan optimisme harapan akan terciptanya lingkungan hidup Indonesia yang baik.

Sebagai salah satu juri kategori tulisan, Syarif melihat karya tulis yang dikirimkan para peserta ada yang memberikan perspektif yang tidak hanya beragam, tapi juga unik. Hal ini membuka mata pembaca tentang bagaimana keanekaragaman hayati dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sehingga solusi yang diberikan juga autentik.

“Tema tulisan yang masuk juga beragam mulai dari isu ekosistem kehutanan, kelautan, pertanian sampai isu lingkungan seperti perubahan iklim dan sampah plastik. Syarat penulisan berbentuk feature juga semakin membuat tulisan yang masuk enak untuk dibaca,” kata Syarif.

Yayasan KEHATI, kata Syaiful, sudah menggelar lomba fotografi keanekaragaman hayati seperti ini beberapa kali beberapa tahun belakangan. “KEHATI berkomitmen untuk terus memfasilitasi masyarakat untuk mengkampanyekan keanekaragaman hayati Indonesia, entah melalui lomba tulis dan foto atau melalui kreativitas lain,” ucap Syarif.